Jika Menabrak Kucing, Wajib Diberikan Perlakuan Layak dan Ritual. Kenapa?

Jika menabrak kucing dalam perjalanan, perlu dilakukan beberapa ritual. Selain itu, kucing yang mati juga perlu diperlakukan selayak mungkin. Kenapa?


Kucing adalah salah satu binatang yang dekat dengan kehidupan masyarakat. Khususnya di Bali, kucing merupakan salah satu hewan peliharaan favorit, di samping anjing.

Dengan demikian, kucing biasanya amat disayangi karena tingkahnya yang lucu dan kecermatannya dalam menghalau hama, seperti tikus atau ular.

Kucing juga kerap dihubungkan dengan mitos-mitos gaib. Kucing dipercaya bisa melihat keberadaan makhluk halus atau tempat-tempat yang angker. 

Karena peka, kucing juga kerap memperlihatkan tingkah laku yang tidak biasa jika ada bahaya yang mendekat.

 Seolah ingin memperingatkan tuannya, kucing menunjukkan tingkah laku yang aneh.

Meski kucing adalah hewan yang dikonsumsi di negara lain, namun dalam agama Hindu, mengonsumsi kucing sangat dilarang. 

Seperti dalam kitab Nitisastra 12 disebutkan, “Haywa mamukti sang sujana kasta picita tilaren. Kasmalaning sarira ripu wahya ri dalem aparek, Lwirnika kasta mangsa musika sregala wiyung ula krimi kawat makadinika papara hilangaken” (Orang baik-baik tidak boleh makan daging yang tidak suci. Ia harus menjauhi segala yang mengotorkan badan dan segala yang mendekatkan seteru lahir batin kepadanya. Adapun yang termasuk daging yang tidak baik yaitu: daging tikus, anjing, katak, ular, ulat dan cacing. Semua itu makanan terlarang, sebab itu elakkan, Red).

Kucing biasanya lebih aktif di malam hari. Sementara siang hari hewan yang umumnya berbulu lembut ini lebih suka bermalas-malasan atau bermain. Oleh karena itu, tak jarang menyeberang jalan. Celakanya, jika tak waspada, pengendara bisa saja menabrak bahkan melindasnya.

Bagi masyarakat Bali, menabrak kucing atau melakukan tindakan yang sengaja maupun tak sengaja membuat kucing celaka, dipercaya bisa mendatangkan hal buruk atau pertanda marabahaya. 

Misalnya jika menbarak kucing di jalan, bisa jadi si penabrak akan tertimpa kesialan. Oleh karena itu, sebisanya kucing yang telah mati dikuburkan selayaknya dan dibuatkan ritual khusus sebagai permohonan maaf sekaligus penolak bala.

Jro Mangku Dore dari Desa Baluk, Jembrana mengatakan, kucing memang dipercaya memiliki sisi magis oleh masyarakat Bali. “Ini sudah menjadi bagian dari kepercayaan. Karena kucing adalah hewan yang pingit,” ujarnya

Oleh karena itu, dalam memperlakukannya tidak boleh semena-mena. Pun kalau tak sengaja menyebabkan kucing celaka, biasanya dibuatkan ritual khusus di tempat kejadian atau melalui perempatan jalan utama, yang disebut pempatan agung atau catus pata. 

Tujuan ritual ini, pertama untuk menghapus energi negatif yang melekat pada orang yang membuat kucing celaka serta penolak bala.

Berkenaan dengan hal itu, banten atau sesajen yang biasanya digunakan dalam ritual ini, di antaranya adalah panebusan dan prayascita. 

Banten panebusan untuk menebus nyama pat (empat saudara) yang konon tertinggal di lokasi kejadian atau kecelakaan. 

Sedangkan prayascita untuk menyucikan orang tersebut, berikut kendaraan yang digunakan saat menabrak kucing atau terjadi kecelakaan.

Saat ritual nebusin, selain banten, ada beberapa sarana penting yang digunakan, yakni ayam biying (bulu merah) dan daun dadap. Warna biying tersebut sebagai simbol peredam energi brahma yang berlebihan. 

Dalam hal ini, ayam tersebut juga sebagai pengganti atau penukar 'saudara' yang bersangkutan. Sedangkan pohon dadap kerap disebut taru sakti karena kaya khasiat, terutama untuk memberikan kesejukan secara sekala (nyata) dan niskala (gaib).

Usai pamangku nganteb (mengantarkan doa dan mempersembahkan sesajen, Red), ayam tersebut kemudian dipatuk-patukkan ke tanah sebanyak tiga kali kemudian dilepaskan ke atas seperti melepas burung. 

Selanjutnya tanah ditepuk tiga kali sembari memanggil nama yang bersangkutan agar meninggalkan tempat kejadian dan kembali pulang. Tanah yang telah ditepuk-tepuk kemudian diambil tiga jumput dan diletakkan di atas daun dadap. 

Tanah tersebut kemudian dioles-oleskan kepada yang bersangkutan sembari mengatakan agar saudara-saudaranya kembali dan agar yang bersangkutan diberikan kekuatan dan keteguhan.

Setelah itu, dilaksanakan ritual mrayascita untuk membersihkan yang bersangkutan serta kendaraan yang digunakan. Melalui prayascita, diharapkan yang bersangkutan kembali bersih dan suci secara lahir batin. Pun ia terlepas dari energi negatif dan kesialan yang melekat. Demikian pula kendaraan yang digunakan, dianggap seperti baru lagi.

Jro Mangku mengatakan, sesungguhnya pesan yang penting dalam ritual ini adalah sebagai manusia agar lebih berhati-hati dalam bertindak, terutama berkendara di jalan raya. Tidak hanya kucing, namun setiap hewan hendaknya diperlakukan dengan baik, apalagi hewan peliharaan. 

Sudah semestinya hewan dipelihara dengan baik dan layak, karena hewan juga makhluk hidup yang diciptakan Tuhan untuk kesejahteraan dunia. “Selain itu, setiap kejadian pasti ada hikmahnya. Hendaknya kita semakin meningkatkan kualitas diri, senantiasa berhati-hati, dan sebisanya terus menjaga konsentrasi saat melakukan kegiatan apapun,” pesannya.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel