Depresi Skripsi Selalu Ditolak Dosen, Mahasiswa di Samarinda Nekat Gantung Diri
Senin, 13 Juli 2020
Seorang mahasiswa salah satu kampus di Samarinda, Kalimantan Timur tega mengakhiri hidupnya dengan aksi gantung diri, hanya karena gara-gara belum bisa menyelesaikan kuliahnya selama 7 tahun.
BH ditemukan tewas gantung diri di rumah milik kakak angkat di Jalan Pemuda, Samarinda, Sabtu (11/7/2020) sore.
Tidak hanya itu, ia juga belum bisa merampungkan skripsi karena proposalnya selalu ditolak dosen pembimbing.
Dugaan tersebut terungkap setelah polisi meminta keterangan dari RD, kakak angkat korban. Kepada polisi, RD menceritakan adiknya berinisial BH (25) sering curhat masalah kuliahnya.
“Dia curhat sama kakak angkatnya. Bilangnya, aku ini kenapa ya, sama dosen ku skripsi ku ditolak terus,” ungkap Kanit Reskrim Polsek Sungai Pinang, Iptu Fahrudi menirukan keterangan korban kepada kakak angkatnya di Samarinda, Minggu (12/7/2020).
Sejak itu mahasiswa di salah satu universitas di Samarinda ini, sering terlihat diam dan murung.
“Dia diajak ngomong baru nyambung. Katanya kuliah 7 tahun enggak lulus-lulus. Ngajukan skripsi ditolak terus sama dosennya. Sehingga dia stres,” tutur Fahrudi.
Selama kuliah, BH tinggal di rumah kakak angkatnya sendirian, sedang kakak angkatnya bekerja di Bontang.
Namun, lewat CCTV kakak angkatnya bisa memantau aktivitas adiknya di rumah.
Sehari sebelum gantung diri, kakak angkatnya melihat gerak gerik adiknya tak karuan melalui CCTV. Mondar-mandir di sekitar rumah, sambil tangan bergerak-gerak layaknya orang stres.
“Kakaknya cek lagi lewat CCTV kok adiknya enggak ada pergerakan di rumah,” jelas Farhudi.
Merasa penasaran, kakak angkatnya pulang dari Bontang ke Samarinda ingin melihat keberadaan adiknya. “Setelah tiba di Samarinda, kakaknya, ketuk pintu depan enggak dibuka. Lewat pintu samping, dia intip sela pintu. Melihat adiknya sudah tergantung di dapur,” ungkap Farhudi.
Dia kemudian memanggil ketua RT dan tetangganya menyampaikan informasi tersebut. “Setelah dibuka korban sudah tak bernyawa,” tambahnya lagi.
Hasil pemeriksaan dokter forensik di RSUD Abdul Wahab Sjahranie tak ditemukan adanya indikasi kekerasan.
Penyebab kematiannya karena pembuluh darah di kedua bagian kakinya pecah karena adanya penyumbatan.
Jenazah korban kemudian dikirim ke tempat asalnya di Kabupaten Penajam Paser Utara untuk dimakamkan.